Main Menu

BK BELAJAR
19.39 | Author: Noesaalas

A.     Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok adalah salah satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam bimbingan. Kegiatan diskusi kelompok merupakan kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan lebih dari satu individu. Kegiatan diskusi kelompok ini dapat menjadi alternatif dalam membantu memecahkan permasalahan seorang individu.


Moh. Surya (1975:107) mendefinisikan diskusi kelompok merupakan suatu proses bimbingan dimana murid-murid akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi ini tertanam pula tanggung jawab dan harga diri.
Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.
Menurut Subroto (2002:179), dinyatakan bahwa diskusi kelompok adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban atau kebenaran atas suatu masalah.
Hal serupa sesuai dengan apa yang disampaikan Romlan (Dalam Nilawati, 1997:7) dinyatakan bahwa diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih untuk memecahkan masalah dan memperjelas suatu persoalan. Jadi diskusi kelompok adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih, melalui proses bertukar pikiran dan argumentasi kearah pemecahan masalah secara bersama-sama. Proses diskusi kelompok ini dapat dilakukan melalui forum diskusi diikuti oleh semua siswa di dalam kelas dapat pula dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil.
Yang perlu diperhatikan ialah para siswa dapat melibatkan dirinya untuk ikut berpartisipasi secara aktif di dalam forum diskusi kelompok, jadi metode diskusi kelompok adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana seorang guru memberi kesempatan kepada siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan percakapan guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas masalah.
Jadi, diskusi kelompok adalah suatu cara atau teknik bimbingan yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka, dimana setiap anggota kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk menyumbankan pikiran masing-masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Dalam diskusi kelompok anggota kelompok menunjuk moderator (pimpinan/ketua diskusi), menentukan tujuan, dan agenda yang harus ditaati.
Diskusi Kelompok dapat dilakukan dengan beberapa bentuk. Menurut Suryosubroto (2009: 168) macam-macam bentuk diskusi yaitu :
a.The social problema meeting
Para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial dikelasnya atau disekolahnya dengan harapan setiap siswa akan merasa terpanggil untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
b.The open-ended meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari, dengan kehidupan mereka disekolah, atau dengan sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.
c.The educational-diagnosis meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang telah diterima agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang baik/benar.

Sementara itu, bentuk-bentuk diskusi kelompok menurut Dewa Ketut Sekardi (2008: 222), yaitu:
a.    Dilihat dari jumlah anggota
Jika dilihat dari jumlah anggota, diskusi kelompok berbentuk kelompok besar dan kelompok kecil. Kelompok besar berjumlah 20 orang atau lebih. Sedangkan kelompok kecil berjumlah kurang dari 20 orang, biasanya sekitar 2-12 orang.
b.    Dilihat dari pembentukan
Jika dilihat dari pembentukannya, diskusi kelompok berbentuk formal dan informal. Dalam bentuk formal, proses pembentukannya sengaja untuk dibentuk suatu diskusi kelompok. Sedangkan yang informal, proses terbentuknya diskusi secara spontan dan tanpa direncanakan.
c.     Dilihat dari tujuan
Jika dilihat dari tujuan diskusi kelompok ada dua macam yaitu pemecahan masalah dan terapi anggota. Pemecahan masalah memiliki ciri utama menekankan pada hasil diskusi, sedangkan terapi anggota menekankan pada proses diskusi.
d.    Dilihat dari waktu diskusi
Jika dilihat dari waktu dalam diskusi, diskusi kelompok ada dua bentuknya, maraton dan singkat/regular. Marathon dilakukan secara terus menerus tanpa jeda waktu selama 5-12 jam, sedangkan singkat/regular dilakukan 1-2 jam dan dilakukan secara berulang-ulang.
e.    Dilihat dari masalah yang dibahas
Jika dilihat dari masalah yang dibahas, diskusi kelompok ada dua macam yaitu sederhana dan kompleks/rumit. Sederhana mempunyai ciri utama masalah yang dipecahkan relatif mudah, sedangkan kompleks/rumit masalah yang dipecahkan cukup sulit.


f.      Dilihat dari aktifitas kelompok
Jika dilihat dari aktifitas kelompok, diskusi kelompok ada dua macam, yaitu terpusat pada pemimpin dan demokratis (terbagi ke semua anggota). Diskusi yang terpusat pada pemimpin cenderung anggotanya yang kurang aktif akan tetapi pemimpin yang lebih aktif. Sedangkan demokrasi, anggota dan pemimpin sama-sama aktif dalam memberikan saran dan pendapat.

Pelaksanaan diskusi kelompok sedapat mungkin harus mendapatkan pengawasan dari guru atau pembimbing, lebih-lebih kalau kelompok itu baru dalam taraf permulaan yang anggotanya masih belum begitu mapan.
Dalam taraf permulaan, perlu ada bimbingan seharusnya kelompok itu berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.Sebagai pengawas, guru atau pembimbing dapat segera membantu anak-anak apabila mereka memerlukannya. Lambat laun sacara berangsur-angsur, pengawasan tersebut dapat ditinggalkan apabila anak-anak telah mampu diberi kepercayaan, terutama di dalam menjaga kelancaran diskusi itu.
Dalam diskusi kelompok, diperlukan adanya seorang anak yang memimpin diskusi itu. Diskusi tidak harus dipimpin oleh ketua kelompok, tetapi justru oleh anak yang dipandang mempunyai pengetahuan lebih di dalam bidang yang sedang didiskusikan atau dibicarakan itu. Ini yang disebut sebagai “pusat kelompok”.
Apabila kelompok tidak dapat memecahkan suatu soal, ada baiknya kelompok ini menanyakan kepada kelompok lain terlebih dahulu dengan perantaraan pusat kelompok, sebelum menanyakan kepada guru atau pembimbing. Dengan demikian, ada suatu hirarki tertentu. Dalam demikian, akan tampak persaingan yang sehat antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Akan tidak menyenangkan bagi suatu kelompok apabila harus meminta bantuan kepada kelompok lain, namun juga tidak pada tempatnya apabila ada suatu soal yang tidak dapat dipecahkan, kemudian didiamkan begitu saja.Didalam diskusi ,setiap anggota harus turut serta berbicara secara aktif sehingga ada suatu pertanggungjawaban sebagai suatu kelompok yang hidup.

Keuntungan Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan salah satu pengalaman belajar yang diterapkan di semua bidang studi dalam batasan-batasan tertentu, pengalaman diskusi kelompok memberikan keuntungan bagi para siswa sebagai berikut:
1) siswa dapat berbagi berbagai informasi dalam menjalani gagasan baru atau memecahkan masalah,
2) dapat meningkatkan pemahaman atas masalah-masalah penting,
3) dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir dan berkomunikasi,
4) dapat meningkatkan ketertiban dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dan
5) dapat membina semangat kerjasama dan bertanggung jawab.

Kelemaha Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok memiliki kelemahan-kelemahan yang dapat menimbulkan kegagalan dalam arti tidak tercapai tujuan yang diinginkan. Wardani (Dalam Puger, 1997:9) dinyatakan bahwa kelemahan-kelemahan dalam diskusi kelompok antara lain:
1) diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara belajar yang biasa,
2) dapat memboroskan waktu terutama bila terjadi hal-hal yang negatif seperti pengarahan yang kurang tepat,
3) anggota yang kurang agresif (pendiam, pemalu) sering tidak mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau ide-idenya sehingga terjadi frustasi atau penarikan diri, dan
4) adakala hanya didominasi oleh orang-orang tertentu saja.

B.     Ketua Kelompok
Suatu kelompok diskusi harus ada yang memimpin. Pemimpin dalam kelompok itulah yang disebut “ketua kelompok”. Siapakah yang dapat/pantas menjadi ketua kelompok?  Hal ini tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
a.       interaksi sosial, dimana ketua kelompok bisa menghidupkan suasana kelompok, mempengaruhi anggota kelompok lain untuk ikut berpartisipasi
b.      inteligensi, yaitu keahlian untuk memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi
c.       sifat kepemimpinan, yang menjadi modal utama untuk menjadi seorang pemimpin/ketua
dan lain-lain.

Sangatlah bijaksana jika masing-masing anggota kelompok diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin sehingga pemimpin kelompok tersebut terus berganti secara bergilir. Dengan kepemimpinan yang bergilir itulah, masing-masing anak dilatih untuk menjadi pemimpin dari suatu kelompok. Dengan demikian, kelompok belajar tersebut sekaligus menjadi tempat untuk melatih sifat kepempinan anak.
Seperti halnya dalam struktur kemasyarakatan pada umumnya seorang pemimpin mempunyai tugas-tugas tertentu, ketua atau pemimpin dalam kelompok belajar ini juga mempunyai tugas tugas yang tertentu pula, antara lain:
  1. Sebagai plan maker atau pembuat rencana.
  2. Sebagai coordinator, yaitu mengkoordinasikan anggota kelompoknya.
  3. Sebagai penghubung antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, sekaligus sebagai penghubung dengan guru atau pembimbing.
  4. Memupuk semangat kelompok untuk selalu menghidupkan sifat kegotong-royongan.
  5. Dalam taraf awal, pemimpin kelompok bertugas untuk menyediakan tugas-tugas yang harus dipecahkan atau dipelajari.

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin kelompok, yaitu:
1.      Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka, jika terdapat perbedaan pendapat yang menimbulkan perselisihan hendaknya ketua kelompok memberi pengertian kepada anggotanya dan tetap sabar, tidak malah terbawa emosi.
2.      Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya tanpa mempedulikan pendapat dari anggotanya.
3.      Memberika dorongan dan motivasi.
4.      Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati terhadap anggota kelompoknya.

Untuk taraf permulaan, kelompok perlu mendapatkan bimbingan secara langsung dari guru atau pembimbing. Setelah anak mempunyai kesadaran akan pentingnya kelompok belajar, sebaiknya guru atau pembimbing selangkah demi selangkah mulai mengurangi pengawasannya agar anak semakin aktif dan kreatif. Di sinilah, akan diterapkan prinsip Tut Wuri Handayani. Jadi sebuah kelompok memerlukan seorang pembimbing yang memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan motivasi dan semangat.

C.     Pemeliharaan Kelompok
Kelompok yang sudah terbentuk tentu saja harus dipelihara. Hal inilah yang sering kurang mendapatkan perhatian. Banyak orang mengira bahwa bila kelompok telah terbentuk maka akan berlangsung dengan sendirinya dan akan hidup dengan sebaik-baiknya. Pandangan yang demikian merupakan pandangan yang salah. Agar suatu kelompok dapat hidup dan berlangsung dengan baik, kelompok itu perlu dipelihara dengan sabaik-baiknya.
Dalam upaya pemeliharaan kelompok, harus dijaga jangan sampai terjadi hal-hal sabagai berikut:
  1. Desintegrasi Kelompok
Apabila dalam suatu kelompok telah ada tanda tanda bahwa para anggotanya sudah tidak memiliki tujuan yang bulat, tidak mempunyai anggota tim kerja yang baik, muncul kontradisi-kontradisi, dan tidak saling mempercayai satu sama lain maka ini merupakan suatu tanda adanya desintegrasi dalam kelompok itu. Keadaan ini dapat meningkat kearah terjadinya kelumpuhan kelompok.
  1. Kelumpuhan Kelompok
Kelumpuhan kelompok terjadi jika kelompok sudah tidak dapat berbuat suatu dan tidak dapat memberikan hasil, apabila hasil yang baik. Jadi, kelompok sudah lumpuh dan tidak dapat lagi berlangsung. Untuk mencegah jangan sampai timbul gejala-gejala semacam ini, kelompok perlu dipelihara sebaik-baiknya, baik dengan cara preventif maupun korektif sekalipun suatu kelompok itu telah berlangsung baik, ini tidak berarti bahwa kelompok itu telah terlepas dari pemeliharaan. Kelompok yang telah berjalan baik harus diusahakan agar menjadi lebih baik, atau paling tidak agar kebaikan itu dapat dipertahankan, jangan sampai mengalami kemunduran.

Dalam pemeliharaan kelompok, untuk menghindari adanya disintegrasi dan kelumpuhan kelompok selain ketua kelompok dibutuhkan  pula seorang pembimbing yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Setiap anggota kelompok harus menyadari perannya masing-masing, tidak hanya numpang nama sebagai anggota saja.
Manfaatnya yaitu siswa akan dapat menyadari tantangan yang akan dihadapi, lebih berani mengemukakan pendapatnya saat berada dalam kelompok; diberikan kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama; lebih bisa menerima suatu pandangan atau pendapat anggota lain sehingga tidak menimbilkan perselisihan yang berlarut-larut, melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain dan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat berkomunikasi dengan teman sebaya dan pembimbing.

 sumber :
http://gebriellucifer.blogspot.com/2011/04/makalah-bk-belajar-quww.html
This entry was posted on 19.39 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

1 komentar:

On 21 Juni 2016 pukul 07.48 , kedai Sastra Indonesia mengatakan...

makasih kakak informasinya
kunjungi juga www.alfarizqi.com